Saat lahir, anak dan ibu dikurung di satu ruangan di dalam rumah sampai ritual itu dilaksanakan. Sang ibu harus memasak untuk dirinya sendiri di kamarnya. Anak dan ibu tidak diizinkan untuk melihat siang hari. Bahkan anak tersebut tidak keluar selama berbulan-bulan. Ritual ini biasa dilakukan setelah empat puluh hari dikurung tetapi pada prinsipnya hanya dimulai ketika orang dari Suku Liwun setelah berburu dan mendapatkan sebelas kaki rusa atau babi hutan. Angka sebelas (ganjil) ini berhubungan erat dengan kehidupan. Kaki rusa atau babi hutan dilucuti dagingnya, digantung di kamar anak. Ritual akan dimulai pada sore hari. Kerabat laki-laki di pihak ibu (belaké) dan pihak ayah (opu) membawa hadiah dan datang untuk makan di kamar anak. Pada malam hari, penari dari semua Suku datang ke depan rumah bayi dan mulai menyanyikan sejarah Suku Liwun hingga pagi hari. Seorang pendongeng (pe-opak) datang untuk menyanyikan narasi (opak Bai Beda). Sekitar pukul tiga dini hari pagi, anak akan dibangunkan dan seorang pria menuangkan air dari kelapa di kepalanya. Dibaptis secara ritual. Saat fajar, setelah kisah Suku Liwun itu diriwayatkan selesai, anak itu akhirnya diizinkan keluar rumah bersama ibunya. Namun, anak tersebut tidak dibawa oleh ibu kandungnya tetapi oleh wanita lain dari Suku Koten. Beberapa perempuan yang sudah mengantri, berjalan menyambut mereka dan duduk di atas tikar bersama anak itu menghadap ke gunung. Tulang kaki rusa (belego) yang jumlahnya sebelas tersebut dipotong, dicampur dan dimasak dengan daun pepaya. Santapan khusus dalam ritual ini adalah simbol kesejahteraan keluarga. Ritual Bai Beda adalah bentuk pengakuan terhadap seorang anak ke dalam keanggotaan Suku dan masyarakat manusia pada umumnya. |